Jumat, 20 Juli 2012

Smenjak Kepergianmu

Terang dan gelap berputar silih berganti menghiasi hari demi hari, bulan demi bulan hingga tanpa terasa kini telah 100 hari engkau meninggalkan kami. Aku tahu, pastilah kau telah tenang disisi-Nya. Tapi kenangan tentangmu dihati kami tidak akan pernah mati meski tahun telah berganti, tidak akan pernah hilang meski begitu banyak urusan berlalu lalang.

Mengenangmu selalu membuat kedua jendela dunia mengembun, bahwa syukur yang tiada terkira memiliki Ayah sepertimu. Dirimu yang sama sekali tidak materialis, meski engkau adalah pekerja keras untuk menghidupi kami dan memberikan yang terbaik untuk kami. Dirimu sosok yang sangat kuat, meski onak kehidupan tiada henti menghampiri, namun engkau tetap sabar untuk tetap mendidik putra-putrimu yang cukup banyak hingga kami semua dewasa. Dirimu seoarang yang memiliki Tawakkal yang sangat tinggi, apapun yang tengah menimpa, ujian seberat apapun engkau jalani dengan tetap tersenyum dan berpasrah sepenuhnya pada-Nya “Bahwa Dia Maha Adil…”

Kejayaan yang pernah kau alami di masa hidupmu tidak membuatmu gila dunia, tetapi justru semakin menjadikanmu tunduk kepada-Nya. “Harta itu cuma titipan, yang suatu saat bisa diambilnya kembali.”…Begitu juga saat dirimu semakin senja, dan kejayaan mulai pudar, engkau pun tetap tersenyum dan semua tidak menyurutkan ketaqwaanmu padaNya, engkau justru semakin taat.

Ibu selalu mengajarkan padaku untuk belajar yang baik, sekolah setinggi mungkin dan jadi orang sukses. Tapi engkau tidak pernah menuntut kami untuk banyak hal, engkau hanya selalu mengajarkan dan mengingatkan “Jadilah orang yang BAIK dan TAQWA.”….Kalian berdua adalah sosok yang saling melengkapi untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada kami. “Celaka! Orang yang semakin banyak ilmunya, tetapi tidak semakin mendekatkan dirinya kepada-Nya.” Itu katamu.

Kau tampak semakin kurus, setelah Ibu terlebih dahulu dipanggil-Nya. Meski ada saran dari kerabat untukmu menikah lagi, kau selalu tanggapi mereka dengan tersenyum. Cintamu begitu tulus untuk Ibu. “Masih ada anak perempuan, yang bisa merawatku” jawabmu. Engkau habiskan hari-harimu sepeninggal Ibu dengan mengabdikan diri kepada-Nya.

Maafkan aku, yang masih jauuuuh dari kedalaman ilmu mu.
Maafkan aku, yang belum sempat membahagiakanmu.
Maafkan aku, yang belum bisa meneladani kebijaksanaanmu
Maafkan aku, yang belum bisa mencontoh ibadahmu
Maafkan aku, yang mungkin kurang memperhatikan kesehatanmu.


Maafkan aku, yang kemarin tidak cukup memberikan banyak waktu untukmu, karena sering sibuk dengan urusan sendiri. Dan kau, tidak pernah komplain. Meski sering pulang malam, pagi sudah pergi lagi, menyiapkan kebutuhanmu sekadarnya, kau tidak pernah protes. Kepercayaanmu begitu tinggi padaku, bahwa anakmu ini pastilah memilih jalan yang benar, bertanggungjawab atas diriku sendiri, dan bertanggungjawab atas apa yang aku lakukan. Kau tidak pernah protes, engkau hanya sekedar menanyakan ngapain saja dan kemana saja, dan kau selalu menjadi pendengar atas cerita-ceritaku dan kau sangat mengerti. No HP ku terpampang dengan begitu besar di dekat telpon, untuk membantu kedua mata yang telah rabun, jika kau merasa khawatir denganku, kau akan menelponku.

Maafkan aku yang terlalu asik dengan duniaku sehingga sering membiarkanmu sendiri. Maafkan aku yang terlalu enjoy dengan laptopku, sementara mungkin kau membutuhkan teman untuk sekedar ngobrol.

Di malam terakhir kesadaranmu, kau berwasiat “Aku ingin mati seperti nabi Muhammad, yang meninggal tanpa meninggalkan harta. Hartanya telah habis untuk dijariahkan.”…….dan kau mengalaminya.

Masih terlihat jelas dipelupuk mata, saat syakarotul maut menjemputmu. Wajahku ku letakkan di pipimu, dengan mata tertutup, diiringi nafas yang lambat-lambat sebelum akhirnya kau pun pergi dengan tersenyum. Persis seperti 6 tahun yang lalu, saat Ibu mengalami hal yang sama. Dan aku tahu, akupun akan mengalaminya.

Allah, tempatkanlah mereka Ibu dan Bapak disisimu yang paling mulia. Perjuangan mereka luar biasa, pengabdian mereka luar biasa, ketaatan mereka luar biasa. Dan bimbinglah kami untuk meniru keteladanan mereka, agar kami menjadi jalan pahala untuknya yang tiada pernah berhenti. Amin…

Dengan segala kehormatan, ketundukan, dan juga Cinta….
Untuk mu Bapak dan Ibu….
Terimakasih banyak untuk segala yang telah engkau berikan kepada kami, yang jasamu tidak pernah bisa terbayar dengan apapun. Terimakasih, hanya Allah yang mampu membalas semuanya…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya

Pages - Menu