Berkata pula Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah:
وليس لأحد أن يحتج بقول أحد في مسائل النزاع، وإنما الحجة: النص، والإجماع، ودليل مستنبط من ذلك تقرر مقدماته بالأدلة الشرعية، لا بأقوال بعض العلماء؛ فإن أقوال العلماء يحتج لها بالأدلة الشرعية، لا يحتج بها على الأدلة الشرعية
"Dan tidak boleh bagi seseorang berhujjah dengan ucapan seseorang dalam perkara yang diperselisihkan, sesungguhnya yang hujjah adalah: nash, dan ijma'. Dan dalil yang diperoleh dari hasil (nash tersebut), ditetapkanlah beberapa pendahuluan dengan dalil-dalil yang syar'i, bukan dengan perkataan sebagian ulama', sebab perkataan ulama membutuhkan dalil-dalil yang syar'i, dan tidak dijadikan sebagai hujjah membantah dalil-dalil yang syar'i tersebut." (Majmu' Fatawa Syaikhul Islam, jilid:26/202)
Bahkan yang diketahui berhujjah dengan masalah khilafiyyah walaupun dalam perkara yang sudah sangat jelas kebatilannya adalah seorang zindiq yang bernama Ahmad bin Yahya bin Ishaq Abul Husain Ibnu Ar-Rawandi. Di saat menyebutkan masalah hukum nyanyian, maka dia membantah orang-orang yang menyelisihinya dengan menyebutkan bahwa telah terjadi perselisihan di kalangan para ulama dalam perkara ini. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam "Majmu al-Fatawa" (11/570) dan Al-Albani dalam "Tahrim Aalaat ath-Tharb (164) : Abu Abdirrahman As-Sulami menukilkan tentang hukum nyanyian dari Ibnu Ar-Rawandi bahwa dia berkata: Sesungguhnya para fuqaha berselisih tentangnya, ada yang membolehkan dan ada pula yang membencinya, sedangkan saya mewajibkan dan memerintahkannya."
Sebagai tambahan faidah, silahkan merujuk ke kitab yang berjudul: "Zajr al-Mutahawin bi Dharar Qa'idah al-Ma'dzirah wat Ta'awun", yang ditulis oleh Syaikh Hamd bin Ibrahin Al-Utsman, dan telah dimuraja'ah oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan dan direkomendasi pula oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, hafidzhahumullahu Ta'ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya