Jumat, 13 April 2012

Cinta Itu Masih Ada

Meski tersenyum suara itu terdengar lirih, seperti menyimpan rasa kepedihan yang dalam. Entah kepedihan apa yang ia rasakan. Berjuta-juta kata menari-nari dalam benak, ingin di ungkapkan agar tahu apa yang tengah berkecamuk meyelimuti perasaannya. Ingin rasanya membuat wajah wanita yang tampak murung itu kembali bersinar terang dan tersenyum bagai bunga yang mekar di musim semi. Butiran bening pun menetes dari kelopak mata membasahi pipi. Entah apa arti air mata itu. Kesedihan, marah atau kecewakah Lembayung padanya. Hingga akhirnya ia tak kuasa menahan perasaan yang bergejolak dalam batinnya, melangkah mendekat kemudian memeluk Rhaka erat-erat dan menangis dipelukannya. Ia tumpahkan segala perasaan yang berkecamuk dalam hati dan benaknya. Ia ungkapkan segala apa yang saat itu sanggup ia ungkapkan. Rhaka membalas pelukan itu sambil membelai lembut rambut Lembayung dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang benar-benar tulus keluar dari dasar hatinya. Kasih sayang yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya tetesan air mata yang mampu melukiskan betapa Rhaka begitu mencintai dan menyayanginya. Air mata yang keluar dari perasaan kasih dan sayangnya yang ikhlas pada wanita yang sesungguhnya masih dicintai dan menjadi tambatan hatinya. Dalam keharuan terucap janji dari mereka berdua untuk tetap saling mencintai. Berjanji untuk mempertahankan cintanya yang selama ini terombang ambing gelombang yang bergantian menghantamnya. Berjanji untuk setegar batu karang, tetap bertahan meski ombak badai menghujamnya. Dan air mata itu menjadi saksi bahwa cinta itu masih ada di lubuk hati terdalam mereka. Berjanji untuk tak menghiraukan siapapun yang ingin menghancurkan ikatan cinta mereka berdua, hingga maut memisahkannya. Cerita ini hanya fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, tokoh dan tempat dalam cerita ini, hanya kebetulan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya

Pages - Menu