Jumat, 13 April 2012

Sepuntung rokok dan bintang

Hidup tidak selalu mudah. Kita sebagai manusia ternyata harus siap menghadapi semua bagian dari hidup. Tahun ini mungkin kita menikmati semua keberuntungan dari-Nya, tahun depan mungkin keberuntungan itu akan kita lihat dinikmati oleh orang lain. Bulan ini ternyata nilai ujian begitu besar, namun karena kelalaian ujian bulan depan tak ada artinya. Dan bahkan saat hari ini kita tertawa menghargai kebahagiaan yang diberikan, esok kita akan tertegun melihat keindahan bintang yang begitu jauh hingga kita tidak bisa merasakan kenikmatan cahayanya. Begitu cepat dan begitu ringkas…. Dalam panjangnya hidup kita melihat berbagai cara manusia untuk menghilangkan bahkan hanya mampu menyembunyikan permasalahan dalam hidupnya. Minuman-minuman beralkohol tampaknya tak pernah asing kita dengar. Dengan minum bersama teman-teman kita bisa sepuasnya mengoceh tentang apa yang kita rasakan. Yang lain hanya akan meresponnya dengan mengatakan kita sedang melampiaskan unek-unek. sesuatu yang terkadang sudah fasih di telinga kita. Walau sebenarnya permasalahan yang ada di pikiran kita belum hilang dan akan berusaha kita hilangkan kembali dengan minum lagi. Instant walaupun dibutuhkan beberapa menit karena kita harus menunggu sampai alkohol itu diserap di duodenum, masuk ke dalam darah, hingga di metabolisme dalam sel otak. Cukup lama namun mempan. Mari kita beralih pada sepuntung rokok. Hanya sepuntung; tidak lebih ataupun kurang. Tampaknya ini menjadi pelarian bagi beberapa orang. Kembali, hanya pelarian. Pada orang tertentu yang masih memiliki ambang batas nikotin yang rendah akan begitu bermakna. Dengan satu sedotan saja asap yang dominan mengandung zat nikotin dan tar akan langsung menuju paru hingga sampai di alveolus. Dengan hitungan detik saja sudah bersama oksigen menuju sirkulasi darah. Tentu masih dalam hitungan detik sampai ke otak. Dalam kurun waktu kurang dari satu menit sudah menampakkan hasil. Sebuah sensasi pengalih dari beberapa permasalahan hidup yang relatif berat. Sensasi itu tidak perlu membuat kita mengoceh, apalagi menyelesaikan masalah. Sensasi tersebut seperti memberikan waktu untuk menyembunyikan sebentar saja masalah yang ada dipikiran kita. Memberikan waktu untuk sekedar berpikir tentang hidup yang lalu, atau sekedar mengingatkan kita tentang kebahagiaan yang kita nikmati sebelum bulan ini, minggu ini bahkan hanya yang kemarin. Namun begitu sepertinya sensasi itu lah sebenarnya dicari, bukan dalam usaha membantu pemerintah untuk mengendalikan populasi manusia. Tetapi ini hanya untuk orang yang memiliki ambang batas toleransi nikotin yang rendah. Mengingat keindahan menjadi suatu yang berharga. Saat kita merasa begitu terdesak oleh permasalahan, dengan mengingat sedikit keindahan kita akan kembali memilki optimisme untuk meraihnya kembali dan menikmatinya. Sebuah klise kehidupan. Kita terlahirkan oleh suatu keadaan yang menyenangkan, tak salah sepertinya saat kita sudah begitu muak dengan kelahiran kita, kita melihat kebalakang bagaimana kita dilahirkan. Diawali keindahan, penantian, dan diakhiri dengan sakit yang luar biasa. Seperti halnya me-reset pikiran. Menindih permasalahan dengan sebuah motivasi meraih kebahagiaan. Berharap bahwa apa yang kita rasakan merupakan pelajaran hidup yang luar biasa besar artinya. Mampu memberikan pengertian hidup yang lebih mendalam dari pada hanya merusak diri. Memasukkan hal-hal yang positif kedalam pikiran. Merefleksikan pikiran dengan bintang yang malam itu tak begtu terang karena kita sedang berada di tengah kota dengan himpitan cahaya yang malam ini mengganggu keagungan bintang itu. Tampaknya filosofi bintang mampu memberikan makan yang mendalam untuk malam ini. Sepuntung rokok dibibir, menikmati tiap hisapannya. Indra penglihatan mendongak ke atas melihat cahaya samar-samar. Bintang yang dikatakan para ahli berjarak jutaan tahun dikalikan kecepatan cahaya mampu memberikan penerangan. Cahaya yang dengan logika dasar mengatakan sumbernya belum tentu masih ada dan masih memantulkan atau memancarkan cahaya. Singkatnya, kita dibohongi cahaya bintang. Mampu memberikan cahaya namun tidak tahu pasti keberadaannya. Kebahagiaan mampu membuat kita tersenyum, namun saat kita tidak lagi melihat kebahagiaan itu, kita masih tetap percaya kebahagiaan itu tetap ada. Walau jaraknya terlalu jauh untuk dipikirkan. Dalam rangka me-reset pikiran ini tampaknya kita perlu memasukkan satu bintangdan menjaganya. Selalu menikmati cahayanya walau sumbernya terlalu jauh. Dengan begitu kita mampu menutupi sedikit permasalahan kita dengan cahaya kebahagiaan yang diberikan bintang. Selanjutnya saat satu puntung rokok itu telah habis dan tibuh sedikit kedinginan berada di teras, kita harus sadar ini adalah bagian dari kehidupan. Lima menit ini kuhabiskan untuk menutupinya dengan cahaya. Sadar kita harus selalu menghadapinya dan selalu yakin ini akan cepat terselasaikan. Hari ini kita berkeluh kesah dan esok kita yakin akan tersenyum. Sadar malam ini harus mempersiapkan diri untuk ujian dan menunda menyelesaikan permasalahn itu. Semoga selalu sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya

Pages - Menu