Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman ;
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190)
Allah Subhanahu wata'ala, berfirman (yang artinya) : Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Al Imron :190)
Tatkala
malam datang, syaithon-syaithon pun mulai bertebaran. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam :
جَابِرَ
بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «
إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ - أَوْ أَمْسَيْتُمْ - فَكُفُّوا
صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ
سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا
Jika
telah datang gelapnya malam atau sore hari (mendekati maghrib), maka
tahanlah anak-anak kecil kalian (untuk tetap dirumah), karena
syaithan-syaithan menyebar ketika itu. Dan apabila telah berlalu waktu tersebut, maka biarkan mereka (tidak mengapa keluar).
Dan hendaknya kalian menutup pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah
Subhanahu wata'ala, karena sesungguhnya syaithan tidak mampu membuka
pintu yang tertutup. (HR. Al Bukhori no. 3304 dan Muslim no. 5368 dari Jabir bin Abdillah)
Di malam hari saat kawanan syaithan berkeliaran, saat itulah sering kita dapati
berbagai macam kejahatan. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam menasehatkan kepada ummatnya untuk senantiasa menjaga
dzikir pagi dan petang. Dzikir di waktu sore merupakan salah satu dari bentuk doa memohon penjagaan di waktu malam. Diantara dzikir (doa) yang Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam tuntunkan adalah;
أَمْسَيْنَا
وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ». قَالَ أُرَاهُ قَالَ فِيهِنَّ « لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ رَبِّ
أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا
بَعْدَهَا رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ
أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِى النَّارِ وَعَذَابٍ فِى الْقَبْرِ ».
وَإِذَا أَصْبَحَ قَالَ ذَلِكَ أَيْضًا « أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ
لِلَّهِ ».
“Kami
masuk waktu sore, dan kekuasaan hanya milik Allah subhanahu wata'ala,
dan segala puji bagi Allah subhanahu wata'ala, tidak ada sesembahan yang
haq selain Allah subhanahu wata'ala semata dan tidak ada sekutu
bagiNya.
Berkata ibnu mas’ud :
aku melihat beliau juga mengucapkan : bagiNya kekuasaan, dan bagiNya
segala pujian, dan Dialah yang maha mampu atas segala sesuatu. Wahai
Robbku aku meminta kepadamu kebaikan yang ada dimalam ini dan kebaikan
setelahnya. Dan aku berlindung kepadaMu dari keburukan yang ada dimalam
ini dan dari keburukan yang setelahnya. Wahai Robbku aku berlindung
kepadaMu dari kemalasan dan jeleknya masa tua. Wahai Robbku aku
berlindung kepadaMu dari siksa neraka dan siksa kubur.
Dan
apabila di waktu pagi beliau juga mengucapkan dzikir ini dengan membaca
(yang artinya) : kami masuk waktu pagi, dan seterusny”.. (HR. Muslim no. 7083 dari Ibnu Mas’ud)
Akan tetapi, bagi sebagian orang, malam hari justru dimanfaatkan untuk bersenang-senang. Mereka begadang menghabiskan malam dengan hal-hal yang sia-sia. Diantara mereka ada yang menghabiskan malamnya dengan berjalan kesana kemari tanpa tujuan. Ada yang nongkrong di jembatan
sambil mendendangkan musik. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang
melakukan berbagai hal yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah subhanahu
wata'ala, seperti berjudi, minum khamr, dan yang lainnya.
Disisi lain, ada pula sebagian orang yang masih sibuk mencari harta di waktu malam. Padahal, siang harinya telah ia habiskan pula untuk mencari kekayaan. Inilah contoh kehidupan orang yang lalai
dari mengingat akhirat.Ia sama sekali tidak memikirkan masalah ibadah.
Yang terpenting baginya adalah bagaimana cara mendapatkan harta
sebanyak-banyaknya. Dan bahkan terkadang tidak peduli apakah usahanya halal atau haram. Ia curahkan siang dan malamnya untuk mencari dan mendapatkan harta.
Hamba yang lalai, lupa bahwa dirinya nanti akan meninggalkan dunia beserta seluruh yang telah ia kumpulkan. Tidak ada bekal yang bisa dibawa melainkan kebaikan yang telah diamalkan . Padahal, Allah Subhanahu wata'ala telah mengingatkan hamba-hambaNya dengan firmanNya ;
مَنْ
كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ
أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا
صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan. (Hud : 15-16)
Namun demikian, gambaran hamba yang lalai seperti tersebut diatas, bukan berarti syariat tidak memperbolehkan mencari rizki di malam hari secara mutlak. Akan tetapi, hukum asal mencari rizki adalah boleh
kapan saja asal tidak sampai melupakan ibadah kepada Allah Subhanahu
wata'ala dan menghabiskan seluruh waktunya untuk mencari harta.
Pergunakanlah waktu sebaik mungkin untuk bekerja dan beribadah.
Yang menjadi pertanyaan kita sekarang ini adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di malam hari?
Hudzaifah ibnul Yaman pernah mengisahkan dirinya bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam.
عَنْ
حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ
لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ.
ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّى بِهَا فِى رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ
يَرْكَعُ بِهَا. ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ
آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلاً إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ
فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ
بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ « سُبْحَانَ رَبِّىَ
الْعَظِيمِ ». فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ «
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ». ثُمَّ قَامَ طَوِيلاً قَرِيبًا مِمَّا
رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ « سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى ». فَكَانَ
سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ. قَالَ وَفِى حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنَ الزِّيَادَةِ فَقَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ ». (رواه مسلم)
Dari Hudzaifah berkata : aku sholat bersama Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam.. Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam pun mulai membaca surat Al Baqarah. Hudzaifah berkata dalam hatinya : beliau akan akan ruku pada saat telah membaca
seratus ayat. Kemudian berlalulah seratus ayat (dan beliau belum
ruku’). Maka Hudzaifah (dalam hati) berkata lagi : mungkin beliau akan
membaca Al Baqarah seluruhnya dalam satu raka’at, kemudian ruku’.
Setelah berlalu Surat Al Baqarah, akan tetapi beliau belum ruku’ juga. Bahkan kemudian beliau mulai membaca surat An Nisa’, kemudian Surat Al Imron. Beliau membacanya dengan bacaan yang bagus. Apabila melewati ayat yang terkandung anjuran untuk bertasbih, maka beliau pun bertasbih. Dan jika melewati ayat anjuran untuk berdoa (memohon), maka beliau pun berdoa (memohon). Dan apabila melewati ayat anjuran untuk berlindung diri, maka beliau pun berdoa memohon perlindungan. Kemudian setelah itu beliau ruku’ dan membaca “Subhana Rabbiyal ‘Adzhim” (yang artinya) : Maha Suci Rabbku yang Maha Agung. Ruku’ beliau hampir sama lamanya dengan berdirinya. Kemudian beliau pun bangkit dan membaca “Sami’aAllahu liman hamidah”(yang artinya) : Allah maha mendengar terhadap orang-orang yang memujiNya. Setelah itu beliau berdiri ‘itidal lama, kurang lebih lamanya sama dengan ruku’nya. Kemudian beliau sujud seraya membaca “Subhana Rabbiyal ‘Ala” (yang artinya) : Maha Suci Rabbku yang Maha Tinggi. Dan sujudnya beliau hampir sama lamanya dengan berdirinya. Berkata (perawi hadits) : dan dalam hadits Jarir
ada tambahan : beliau membaca “Sami’aAllahu liman hamidah Rabbana
walakal hamdu”(yang artinya) : Allah maha mendengar terhadap orang-orang
yang memujiNya. Wahai Robb kami bagiMu-lah segala pujian. (HR. Muslim no. 1850 dari Hudzaifah)
Inilah
diantara kegiatan Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam di waktu
malam. Beliau menghidupkan malamnya untuk beribadah kepada Allah
Subhanahu wata'ala. Padahal beliau adalah hamba yang telah dijamin oleh
Allah Subhanahu wata'ala masuk surga. Namun demikian, beliau tidak
bersantai-santai dalam beribadah, bahkan beliau semakin
bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Istri beliau Aisyah pernah bercerita bahwa Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam biasa shalat malam sampai pecah-pecah telapak kakinya. Maka Aisyah berkata kepadanya :
عَنْ
عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صلى الله عليه
وسلم كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ
عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ
لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلاَ أُحِبُّ
أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
Mengapa engkau melakukannya wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,? Sungguh Allah Subhanahu wata'ala telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Beliau pun menjawab : Tdakkah aku senang untuk menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur? (HR. Al Bukhori no.4837 dari Aisyah)
Maka
sepantasnya bagi kita untuk mencontoh Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam, karena beliau adalah suri tauladan yang terbaik bagi umatnya.
Allah Subhanahu wata'ala berfirman tentang beliau;
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al Ahzab : 21)
Tuntunan yang sempurna dari kehidupan malam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bukan pula gambaran yang berlebihan. Terkadang seseorang, karena semangatnya untuk beribadah, ia menghabiskan malamnya seluruhnya untuk beribadah. Sehingga pagi harinya ia lelah, mengantuk, dan malas untuk beraktifitas. Maka perhatikanlah potret indah kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
أَنَسَ
بْنَ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، يَقُولُ جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ
إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَسْأَلُونَ عَنْ
عِبَادَةِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ
تَقَالُّوهَا فَقَالُوا وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صلى الله عليه
وسلم قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ
أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا وَقَالَ
آخَرُ أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ ، وَلاَ أُفْطِرُ وَقَالَ آخَرُ أَنَا
أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا فَجَاءَ رَسُولُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا
أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي
أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ
رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي. (رواه الخاري ومسلم)
Dari Anas Bin Malik beliau berkata : Telah
datang kepada istri-istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tiga
orang untuk menanyakan tentang ibadah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka tatkala telah mengetahuinya, seakan-akan mereka menganggap ibadah
Raulullah Shallallahu 'alaihi wasallam terlalu sedikit. Lantas mereka berujar
: dimana kita dibandingkan dengan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam?
Sungguh beliau telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan
datang. Salah seorang mereka berkata : adapun saya, maka saya akan
sholat malam terus menerus (yakni tidak akan tidur), dan yang lainnya
lagi menyatakan : saya akan berpuasa terus dan tidak akan berbuka
(berpuasa setiap hari). Orang yang ketika berkata pula, dan saya tidak
akan menikah selamanya (agar fokus beribadah setiap hari). Kemudian datanglah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, seraya bersabda:
apakah kalian yang telah mengatakan seperti ini dan itu? Demi Allah
sesungguhnya saya adalah orang yang paling takut kepada Allah Subhanahu
wata'ala dan yang paling bertakwa diantara kalian. Akan tetapi saya
berpuasa dan berbuka, saya sholat dan saya juga tidur, dan saya juga
menikahi wanita. Barangsiapa benci terhadap sunnahku, maka dia bukan dari golonganku. (HR. Al Bukhari no. 5063 dan Muslim no. 3469 dari Anas bin Malik)
Hadits yang mulia ini, sangat jelas menunjukkan kepada kita tentang dilarangnya ibadah yang berlebih-lebihan. Terlebih lagi ibadah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Demikian pula lah kiprah seorang hamba di malam-malamnya hendaknya senantiasa bercermin pada malam-malam nabi yang mulia ini.
Dan sangatlah banyak ibadah-ibadah yang bisa dilakukan seorang hamba di malam hari itu. Seperti diantaranya adalah membaca Al Qur’an, berdoa, menuntut ilmu, mengajarkan ilmu, bershadaqah, dan yang lainnya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
لَيْسُوا
سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ
اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ (113) يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ
الصَّالِحِينَ (114)
Mereka
itu tidak sama; di antara Ahli Kitab ada golongan yang berlaku lurus,
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang
mereka juga bersujud (sholat). Mereka beriman kepada Allah dan hari
akhir, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar
dan bersegera untuk (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu
termasuk orang-orang yang saleh. (AL Imron : 113-114).
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ » رواه البخاري و مسلم
Dan
dari sahabat Abu Hurairah Radhiyaallahu’anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Rabb kita turun ke langit dunia
pada setiap malamnya pada saat sepertiga malam yang terakhir. Dia
(Allah) mengatakan : barangsiapa yang berdoa kepadaKu niscaya akan Aku
kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepadaKu niscaya akan Aku berikan
(yang diminta), dan barangsiapa yang meminta ampun kepadaKu niscaya
akan Aku ampuni. (HR. Al Bukhori no. 7494 dan Muslim no. 1808 dari Abu Hurairoh).
أَنَّ
عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صلى الله عليه
وسلم الْعِشَاءَ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ فَقَالَ
أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ فَإِنَّ رَأْسَ مِئَةِ سَنَةٍ مِنْهَا لاَ يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَحَدٌ. (رواه لبخاري و مسلم)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga pernah mengerjakan sholat Isya
bersama para shahabatnya di akhir-akhir hidupnya. Setelah salam beliau
berkata kepada para shahabatnya : tidakkah kalian perhatikan malam
kalian ini? Sesungguhnya pada penghujung seratus tahun yang akan datang,
tidak akan tersisa yang sekarang hidup di muka bumi ini seorang pun. (HR. Al Bukhori no. 116 dan Muslim no.6642 dari Abdullah bin Umar )
Diantara
faidah yang bisa kita petik dari dalil-dalil diatas adalah bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan membaca Al Qur’an,
banyak berdoa, beristighfar, berdzikir dan menyampaikan ilmu di malam
hari.
Semoga
Allah subhanahu wata'ala memberikan taufiq kepada kita semua untuk
menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Karena sesungguhnya kita
diciptakan Allah Subhanahu
wata'ala adalah hanya untuk beribadah kepadaNya. Dan semoga Allah
subhanahu wata'ala melindungi kita dari berbagai keburukan yang ada di
waktu malam. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya